Perjuangan Maharani Beralih Profesi Jadi Petani di Lombok untuk Pulihkan Lahan Kritis



Pembangunan demi pembangunan memaksa lahan-lahan hijau di pedesaan dibabat habis hingga kritis. Lahan yang dulu subur kini seakan dijauhi akar tanaman dan membuatnya terlihat gersang. Kondisi ini mengundang keprihatinan Maharani, seorang doktor ahli pertanian yang kini beralih profesi jadi petani. 

Pria berusia 40 tahun itu memberikan pelatihan untuk para petani yang hidup dan tinggal di sekitar hutan. Ia juga mengajak para pemuda di desa tersebut agar mau melestarikan lingkungan dengan menjadi petani. 

Perjuangan yang dilakukan Maharani ini tentu tak mudah, karenanya ia layak untuk menjadi pahlawan penghijauan asal Lombok yang bisa menginspirasi banyak orang. Maka tak heran jika Maharani juga patut diberikan apresiasi berupa Asuransi Syariah Indonesia

Produk asuransi syariah ini merupakan produk asuransi jiwa yang memberikan segudang manfaat. Mulai dari perlindungan sekaligus investasi bagi keluarga bahkan ketika Anda sudah meninggal dunia. 

Produk asuransi ini tentunya sangat  berguna bagi keberlangsungan dan kesejahteraan hidup keluarga Maharani sehingga ahli waris mampu melanjutkan perjuangannya dalam menebar kebaikan dan tentunya bisa hidup lebih layak.

Usaha Menghijaukan Lahan Kritis yang Tak Selalu Mulus


Setiap minggu Maharani mengajak para petani berkumpul, duduk melingkar di sebuah teras rumah milik petani setempat yang ada di Desa Sapit, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 

Perkumpulan itu juga dihadiri oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Dodokan Moyosari, NTB dan Lombok Research Center (LRC). Dalam pertemuan itu, pihak BPDAS menyampaikan rencana pembangunan. 

Diketahui, BPDAS telah menyiapkan bibit buah-buahan yang cocok ditanam di daerah tersebut. Misalnya, bibit  durian, jeruk, dan alpukat. Nantinya, bibit-bibit itu akan ditanami di hutan kemasyarakatan (Hkm) saat musim hujan tiba. 

Selain bibit buah-buahan, Maharani juga menawarkan gaharu kepada para petani. Untuk mengajak para petani mau menanam gaharu, dibutuhkan usaha khusus. Pendekatan demi pendekatan kepada banyak pihak harus dilalui oleh Maharani. Mulai dari petani, tokoh masyarakat, pejabat, pemerintah hingga perangkat desa dan kecamatan.

Melihat lahan kritis yang terbengkalai dan ditumbuhi semak belukar, Maharani terus mencoba menyakinkan petani untuk menanam gaharu di lahan-lahan kritis sebagai bentuk menyelamatkan lahan yang tidak produktif. 

Selain bisa menghijaukan hutan kembali, gaharu juga bermanfaat untuk pembuatan parfum. Bahkan dihargai Rp5.000.000,- hingga Rp10.000.000,- per kilogram. Agar lebih meyakinkan petani bahwa menanam gaharu itu  menguntungkan, Maharani tak jarang mengajak para petani ini berkeliling melihat budidaya gaharu yang sudah berhasil. 

Selain bermanfaat, peluang usaha gaharu masih sangat terbuka lebar bagi para petani. Hal ini karena banyaknya pengusaha gaharu di Lombok yang malah mengambil gaharu dari Kalimantan dengan risiko taruhan nyawa para petani. Maharani mencoba mengajak petani di Lombok berbudidaya gaharu yang sudah direkayasa sehingga lebih aman dan praktis kala akan dipanen. 

Menemukan Cairan untuk Membentuk Gubal

Gubal adalah bagian dari kayu yang masih mudah dan terdiri dari sel-sel yang masih hidup sebagai tempat menimbun makanan. Untuk menghasilkan gubal, jika menggunakan proses tradisional, membutuhkan waktu yang lama. 

Beruntung, Maharani berhasil menemukan cairan yang apabila dilakukan dengan benar maka dalam setahun akan menghasilkan gubal yang lebih cepat. Kini, Cairan tersebut sudah mulai dijual di pasaran dan Maharani sedang mengurus hak cipta atas penemuannya tersebut. 

Selain meningkatkan kesejahteraan petani melalui budidaya gaharu, Maharani juga memiliki misi lingkungan lainnya yakni menyelamatkan lahan kritis. Apa yang dilakukan oleh Maharani ini tentu sesuai dengan kampanye yang tengah digalakkan oleh Allianz yakni #AwaliDenganKebaikan.
Kampanye ini memiliki visi dan misi untuk menyadarkan kita bahwa ada banyak kebaikan yang bisa dilakukan dengan mudah, kapan saja, dan di mana saja, salah satunya dimulai dari diri sendiri.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perjuangan Maharani Beralih Profesi Jadi Petani di Lombok untuk Pulihkan Lahan Kritis"

Post a Comment